oleh

Siapa Pendamping Lis, Ini Kata Pengamat Politik

Maya Suryanti dan Adnan
Maya Suryanti dan Adnan

Tanjungpinang – Walikota Tanjungpinang Lis Darmansyah dipastikan maju sebagai calon walikota di Pilwako Tanjungpinang. Bahkan ia disebut satu-satunya kandidat yang melenggang ke panggung pesta demokrasi Tanjungpinang. Itu setelah Sekretaris PDIP Kepri itu, mengantongi mandat calon tunggal di Pilwako, dari partai besutan Megawati Soekarno Putri.

Sebab, tujuh kursi milik PDIP di DPRD Tanjungpinang, memenuhi syarat mengusulkan nama Lis, panggilan akrab Lis Darmansiah, dan pasangannya sebagai kontestan di Pilwako Tanjungpinang 2018.

“Dengan mandat calon tunggal dari PDIP, menjadi modal besar bagi Lis untuk memastikan dirinya maju. Untuk saat ini, baru namanya yang berada dititik aman untuk mendapatkan tiket calon walikota, karena PDIP punya 7 kursi, yang memenuhi syarat mengusung calonnya sendiri,” kata pengamat politik Zamzami A Karim, Sabtu (30/9), di Tanjungpinang.

Lalu siapa bakal pendamping Lis Darmansyah? Menurutnya, jelang Pilwako Tanjungpinang, siapa bakal pendamping Lis Darmansyah, ramai dibicarakan kalangan. Karena sederet nama muncul dari beragam warna.

Seperti diketahui, semula nama Riono (Sekdako Tanjungpinang) santer sebagai bakal pasangan Lis, lalu  sejumlah nama masuk daftar. Ada Reni Yusnulli (Kadis Pariwisata Tanjungpinang dan mantan Plt. Sekdapro Kepri), Rudy Chua (Anggota DPRD Kepri).

Kemudian nama Maya Suryanti (pengusaha dan mantan calon Walikota  Tanjungpinang 2012, dan juga putri Suryatati A Manan mantan Walikota Tanjungpinang), Adnan (Kepala BKD Tanjungpinang), dan Syahrial (Anggota DPRD Tanjungpinang F-PDIP).

Dari diseleksi DPD PDIP Kepri, akhirnya mengerucut ke tiga nama, yakni Maya Suryanti, Adnan dan Syahrial. Ketiga nama ini telah disodorkan ke meja Megawati Soekarno Putri-Ketua Umum PDIP, untuk memilih satu dari antara mereka.

Sejak ketiga nama itu diusulkan ke PDIP pusat, riuh tanggapan ditengah publik. Dari jempol hingga suara sumbang. Nama Maya Suryanti, paling banyak disorot publik. Selain pernah menjadi rival Lis Darmansyah di Pilwako Tanjungpinang 2012, ia juga dihujani kritik karena hanya muncul disaat Pilwako Tanjungpinang.

Pengamat Politik, Zamzami A Karim
Pengamat Politik, Zamzami A Karim

Menurut pengamat politik Zamzami A Karim, sebelum PDIP memutuskan siapa pendampingnya, Lis dan PDIP harus cermat melihat perkembangan seputar Pilwako, terutama pandangan masyarakat terhadap ketiga bakal calon pendamping itu.

Kritik dan saran harus ditampung dan dijadikan bahan bahasan di PDIP. Lis bersama tim-timnya, baik bentukan Lis sendiri maupun PDIP, harus terus memantau dan mengolah informasi yang berkaitan dengan ketiga figur tersebut.

“Kalau mau menang ya harus menampung kritikan dan saran dari kalangan, baik yang disampaikan langsung maupun lewat media massa dan media sosial, termasuk dari tokoh-tokoh masyarakat. Itu penting, agar tidak blunder dalam memutuskan calon yang layak mendampingi Lis dan laku ‘dijual’ ke publik,” paparnya.

Dari kaca mata politik Zamzami, dari ketiga nama itu, ada dua nama yang ramai dibahas di masyarakat, yakni Adnan dan Maya. Ia menilai dari sisi panggung politik, memang nama Maya lebih dikenal dari Adnan yang selama ini mengabdi sebaga ASN (aparatur sipil negara).

Tapi bukan berarti Maya lantas lebih layak jadi pendamping Lis. Sebab, nama Maya tidak mengakar ditengah masyarakat, apalagi di akar rumput.

Populernya nama Maya, kata Zamzami, bukan karena ketokohannya, tapi karena didompleng nama besar Suryatati A Manan (mantan Walikota Tanjungpinang), yang tak lain ibu kandung Maya. Dan, ia pernah calon Walikota Tanjungpinang 2012, yang kalah melawan Lis Darmansyah.

Sementara Adnan sendiri, sebut Zamzami, memang sama sekali tak dikenal dalam panggung politik, karena ia seorang ASN. Akan tetapi dari sisi pemerintahan, Adnan lebih layak sebagai wakil Lis, karena ia berpengalaman dalam birokrasi dan sangat tepat untuk membantu Lis yang berlatar politik.

Selain itu, selama ASN, rekam jejaknya pun terbilang baik dan tak pernah terdengar tersandung kasus. Sebagai putra asli Melayu, nama Adnan cukup menjual karena bisa menjadi simbol keterwakilan Melayu dalam Pilwako nanti.

“Tapi itu hanya pendapat dari apa yang saya ketahui dari ilmu sosial politik. Diterima atau tidak, semua terpulang kepada mereka (pemilik panggung poltik, red),” kata Zamzami. (gor/ringgo)