Sejak Tahun 2012 Pemekaran Kute Siantan sudah di gaungkan Oleh Masyarakat Lima Desa yang di sebut (Kute Siantan) besama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Anambas dan Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Kepulauan Anambas al-hasil Sampai detik inipun belum menuai hasil.
Enam tahun masyarakat berharap agar Kute Siantan bisa di mekarkan, bersorak, Sorai, bergempita untuk mendapatkan sebuah kata restu demi kemakmuran anak cucu di masa yang akan datang.
Impian dan keinginan sudah mulai merah membara, kalimatpun tak seindah kata pribahasa, gejolakpun mulai berkobar-kobar untuk melampiaskan amarah kepercayaan yang hilang.
Kini kisah pemekaran Kute Siantan menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat baik desa, kecamatan, kabupaten, Provinsi bahkan ibu kota.
Perjuangan masyarakat dan pemerintah perlu di ancungi jempol karena tanpa kenal lelah tanpa kenal waktu demi membawa aspirasi masyarakat dalam sebuah kemakmuran semua di korbankan baik pemikiran, materi juga tenaga sudah tidak terbatas untuk dipertaruhkan demi terwujudnya pemekaran Kute Siantan.
Untuk mencapai tujuan itu bukan terletak pada kehebatan namun harus di mulai dari sisi keharmonisan, adanya jalinan keterbukaan, keterusterangan serta memberi plementasi budaya keakraban silaturahmi yang baik tidak ada batasnya.
Dalam perjalanan hiruk pikuk untuk mencapai tujuan pemekaran kekeliruan seharusnya tidak dipertengkarkan tapi bagai mana mancari konsep baru yang sudah tersusun secara baik, matang dan benar bukan mencari siapa salah siapa benar.
Sampai detik inipun inti dari segala akar kegagalan, kekeruhan belum menemukan hasil yang siknifikan masih merek-reka yang ada hanya mempertontonkan keburukan sesama, bak kata pepatah menepuk air di dulang yang terkena kita sendiri.
Menurut hemat saya, Kearifan dan kebijakkanlah kata yang pantas untuk memberi budaya demokrasi dan budaya subtantif.
Oleh: Kadeni Razak