Anambas (KEPRI)-Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) juga Revese Osmosis (RO) adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia program ini dilaksanakan di wilayah pedesaan dan pinggiran kota. Seperti yang di lakukan di setiap desa-desa di kabupaten kepulauan Anambas, pembangunan Proyek Air berbasis masyarakat yang di luncurkan itu disetiap desa masih belum optimal.
Hal ini di sampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas yang enggan namanya disebutkan. Diakuinya, masih banyak ditemui bermacam-macam persoalan dari dana pembangunan sampai dana operasional masih amburadul, banyak lagi proyek air lain yang tidak tercapai dalam hal kebutuhan masyarakat.
Dibeberkannya, Kabupaten Kepulauan Anambas telah banyak mengeluarkan anggaran ratusan juta bahkan milliaran rupiah untuk membangun di sektor air dari PAMSIMAS sampai dengan SPAM dan juga Revesa Osmosis (RO).
Kalau yang RO untuk penyulingan air asin menjadi air tawar namun kebanyakkan semua proyek air di Anambas di keluhkan masyarakat.
Pemerintah maupun penyelenggara proyek seperti kontraktor harus benar-benar memahami bukan sekedar mencari keuntungan saja,” ungkapnya kepada awak media seputarkepri.co.id, Selasa (5/3) kemarin.
Dikatakannya, seharusnya program pemerintah bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah pedesaan dan diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan sanantiasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat namun tidak berjalan dengan sempurna apa yang diharapkan dari masyarakat.
Untuk hal betul dan kita pahami tetapi kalau kita lihat dari dana yang sudah turun sekarang ini, apakah itu dari pusat, provinsi, daerah, desa dan swadaya, sangat lah besar sekali. Nyatanya tidak bisa dimanfaatkan oleh warga secara sempurna. Saya pribadi untuk mengebor air, menghabiskan dana lebih kurang 30 juta untuk material dan upah bor ini dikerjakan sendiri, kalau masalah warga sampai saat ini masih ada yg membeli air. Dia juga mengalami hal ini dengan waktu selama 1 (satu) minggu habis 200 ribu rupiah, karena belum mempunyai lahan untuk membuat sumur persoalan ini lah perlu pemerintah mengambil langkah-langkah demi kemakmuran masyarakat.
Editor: Kadeni Razak