oleh

IWO Se-Kepri Desak IWO Pusat Fokus Jadi Konstituen Dewan Pers

Logo Ikatan Wartawan Online

Batam (KEPRI)-Pengurus Ikatan Wartawan Online (IWO) Se-Provinsi Kepulauan Riau membuat pernyataan sikap yang ditujukan kepada Pengurus Pusat IWO agar fokus pada persiapan menjadi konstituen Dewan Pers (DP).

Pengurus yang terdiri dari PW IWO Kepri dan Pengurus Daerah (PD) IWO di tiga kabupaten dan kota, yaitu Kota Tanjungpinang, Tanjung Balai Karimun, dan Lingga ini sebelumnya telah melakukan pembahasan bersama terkait lambannya PP IWO dalam menjalankan keorganisasian seperti yang disepakati pada hasil musyawarah bersama (Mubes) tahun 2017 lalu.

Seperti yang menjadi hasil Mubes pada tahun itu bahwa PP harus menyiapkan beberapa prasyarat sebelum mendaftar menjadi konstituen Dewan Pers.

Diantaranya adalah peraturan organisasi (PO) dan Kode Etik Wartawan Online (KEWO). Namun demikian hingga dua tahun berselang baik PO maupun KEWO tak kunjung selesai.

Ketua IWO Kepri, Rudiarjo Pangaribuan, melalui Sekretaris Sholihul Abidin menuturkan, persoalan jalannya organisasi yang lambat ini disinyalir lantaran PP IWO tidak solid dalam memperjuangkan visi misi dan tujuan organisasi.

Hanya saja selama ini PP IWO tidak pernah terbuka mengenai kondisi kepengurusannya.

“Waktu berlalu dan organisasi seperti makin hilang arah. Anggota-anggota di seluruh daerah mencoba memberikan respon pada kondisi yang demikian. Dan PP IWO pun bergeming seolah tak ada masalah didalam kepengurusan,” tegasnya.

Abidin menjelaskan, debat dan diskusi melalui WhatsApp grup berlangsung hingga berbulan-bulan lamanya. Pengurus pusat IWO yang awalnya bergeming terpaksa hadir menjawab berbagai pertanyaan soal kondisi organisasi yang sudah terlanjur besar itu.

Hingga akhirnya muncul alternatif usulan untuk melakukan rapat kerja nasional (Rakernas) IWO sebagai upaya pembenahan di tubuh organisasi para wartawan media online ini.

Anggaran dan tarik ulur jadwal pelaksanaan serta agenda pembahasan rakernas makin mengemuka. Sementara PP tidak sanggup siapkan anggaran hingga penundaan jadwal pelaksanaan rakernas beberapa kali.

Diskusi terus berlanjut. Rakernas yang terkendala anggaran seperti menemukan titik terang saat daerah-daerah menyanggupi sumbangan anggaran untuk menopang biaya kegiatan.

Jadwal Rakernaspun akhirnya ditetapkan.Sayangnya kegiatan yang diagendakan panitia rakernas masih belum mencerminkan cita-cita seluruh anggota.

“Hal-hal substantif organisasi belum terakomodir dalam kegiatan. Melainkan agenda acara rakernas sekedar seremonial belaka,” ungkapnya.

Padahal, sambung Abidin, gempita anggota dari berbagai daerah menyambut kegiatan yang diharapkan dapat membawa perubahan organisasi.

Meski sebagian menyetor uang sebagai biaya kegiatan yang berlangsung dua hari di Depok. Dan sebagian lagi memilih diam di daerah masing-masing sebagai tanda sanksi.

“Setiap organisasi memiliki cara berproses masing-masing. Proses itu biasanya sangat erat dengan orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan dalam menjalankan organisasinya,” ungkapnya.

Namun begitu dalam setiap organisasi, kata Abidin, siapapun harus siap menanggalkan ego pribadi lantas mengedepankan tujuan yang telah disepakati menjadi cita-cita bersama.

Begitu juga dengan setiap agenda organisasi yang telah di rumuskan haruslah secara matang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan bersama yang memiliki kebermanfaatan menyeluruh bagi setiap anggotanya.

“Lalu, Rakernas IWO untuk apa?
Bercermin dari proses keorganisasian IWO di daerah-daerah di Kepri, sambutan luar biasa dengan berdirinya IWO dapat menjadi rumah bersama bagi insan pers online,” kata dia.

Abidin mengutarakan, IWO memiliki andil cukup besar dalam memperjuangkan kebebasan pers serta membuktikan stigma negatif sebagian dari masyarakat pada wartawan-wartawan online. IWO menjadi angin segar sekaligus menjadi harapan.

Jelas dalam penyelenggaraannya baik organisasi IWO di daerah maupun di pusat tak dapat berjalan sendiri-sendiri. Bahu membahu dan bekerja sama adalah keniscayaan dalam rangka membangun rumah besar IWO. Mengembangkan layar untuk menjalankan kapal besar IWO.

“Harapan besar ini tak bisa kemudian disederhanakan dalam kegiatan-kegiatan seremonial. Menata kembali IWO adalah kewajiban semua anggota,” ungkapnya.

Kepedulian serta dedikasi yang tinggi menuntut untuk ditancapkan kepada setiap pribadi. IWO harus kembali berlayar. Agar dapat mewujudkan segala apa yang telah ditetapkan sebagai tujuan awal pendiriannya. (PW IWO)