oleh

Pilkada Atau Pesta Corona?

Oleh:
Muhammad Arya Ramdani
(Mahasiswa STISIPOL RAJA HAJI)

Program Studi Sosiologi
Pilkada yang akan datang merupakan tantangan serius yang harus dilewati oleh pemerintah dan masyarakat, apalagi di tengah wabah Virus Corona (Covid-19) saat ini. Karena kegiatan pilkada melibatkan masyarakat secara aktif dan dampak buruk yang timbul dari wabah Covid-19 ini bukan hal yang kecil dan sepele.

Pilkada di tengah wabah Covid-19 bukan hal yang dapat diremehkan karena sangat banyak dampak buruk dari virus covid-19 ini terutama pada kesehatan orang banyak, sehingga masyarakat perlu bersama-sama berpikir secara matang untuk menghadapi kegiatan pilkada, jika pilkada yang akan datang tidak menjadikan Protokol Kesehatan (Prokes) sebagai basis utama yang kokoh, hal ini dapat menjadi peluang bagi virus Covid-19 untuk menyebar dan konsekuensi logisnya dapat membuat klaster baru penyebaran Covid-19.

Jika Protokol kesehatan tidak menjadi basis utama dalam kegiatan pilkada, bisa-bisa kegiatan ini akan menjadi pesta bagi Covid-19.

Diperlukan Strategi yang tepat untuk menekan penyebaran Covid-19 dalam pilkada pada Tanggal 9 Desember 2020 yang akan datang dan jangan sampai terjadi lonjakan kasus Covid-19 setelah kegiatan pilkada.

Dengan selalu mengikuti protokol kesehatan, dapat memperkecil adanya lonjakan kasus penyebaran Covid-19 pada pilkada mendatang dan tidak menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19.

Protokol kesehatan sangat penting bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sosial apapun ditengah pandemi Covid-19 ini, protokol kesehatan dapat mencegah angka penularan covid-19.

Penegakan protokol kesehatan yang ketat harus dilakukan untuk mencegah adanya penularan Covid-19 pada pelaksanaan pilkada yang akan datang.

Secara psikologis pandemi Covid-19 dapat menurunkan imunitas tubuh dan bisa menyebabkan kematian dan pandemi Covid-19 dapat memberikan dampak buruk terhadap tubuh.

Kondisi Covid-19 dapat memicu stress dan tingkat kepanikan, stres dan panik dalam menghadapi pandemi Covid-19 bisa mengganggu kesehatan mental, terutama pada orang yang memiliki kecemasan berlebihan dan kondisi ini dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga masyarakat perlu diberikan pemahaman yang menyeluruh tentang protokol kesehatan agar masyarakat tidak terlalu cemas dan panik untuk berpartisipasi pada pilkada yang akan datang.

Penyelenggara pilkada harus memaksimalkan pemberian pemahaman protokol kesehatan dalam pelaksanaan pilkada yang akan datang nanti, sosialisasi tentang protokol kesehatan harus diperluas dan diperkuat kepada masyarakat agar masyarakat dapat bersama-sama menekan angka penyebaran Covid-19 terutama pada pilkada yang akan datang.

Jika kurangnya sosialisasi dan pemberian pemahaman tentang protokol kesehatan, kemungkinan banyak masyarakat yang tidak memperdulikan peraturan dan penegakan protokol kesehatan dan membuat tingkat kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan akan rendah, jika banyak masyarakat yang tidak memperdulikan protokol kesehatan, kondisi ini dapat menjadi ancaman pada pilkada yang akan datang dan menjadi jalan terbukanya penyebaran virus covid 19.

Jika protokol kesehatan tidak berjalan dengan baik pada pilkada yang akan datang dapat berpotensi memunculkan klaster baru Covid-19, karena tingkat resiko penularan Covid-19 pada pilkada yang akan datang cukup tinggi dikarenakan melibatkan banyak orang.

Gambaran peningkatan kasus Covid-19 dapat kita lihat dari Negara tetangga yaitu Malaysia melalu berita online, menurut berita dari Kompas.com yang ditulis pada 3 Oktober 2020 yang berjudul “Malaysia Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19, Dipicu oleh Pemilu Sabah” , Pihak berwenang Malaysia memperingatkan gelombang baru virus corona setelah dua hari berturut-turut melaporkan kasus infeksi tertinggi sejak awal Juni 2020. Laporan itu muncul setelah pemilihan umum ( Pemilu) di negara bagian terbesar kedua Malaysia, Sabah. Pada Jumat 2 Oktober 2020 Malaysia melaporkan 287 kasus baru, lebih tinggi dari hari sebelumnya, Kamis 1 Oktober 2020 dengan 260 kasus.

Dari Berita ini dapat dilihat lonjakan kasus Covid-19 meningkat pada kegiatan pemilu, Berita tersebut dapat menjadi contoh dan bayangan bagaimana pilkada yang akan datang nanti, , berita ini dapat dijadikan pembelajaran untuk pelaksanaan pilkada kedepannya dan bagaimana pilkada yang akan datang tidak menjadi pesta bagi Covid-19 dan tidak menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19 , masyarakat harus selalu berhati-hati dan selalu mematuhi peraturan dan protokol kesehatan pada pilkada yang akan datang nanti, masyarakat harus bersama-sama meningkatkan kesadaran bahwa pilkada yang akan datang nanti bukan hal yang sepele karena menyangkut kesehatan orang banyak dan masyarakat harus bersama-sama meningkatkan kedisiplinan pada saat kegiatan pilkada dengan selalu mematuhi protokol kesehatan dan tidak ceroboh agar kegiatan pilkada berjalan aman dan lancar dan tidak menimbulkan klaster baru penyebaran covid 19.

Jika banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan ataupun tidak memperdulikan protokol kesehatan pada saat pilkada nanti, maka pilkada akan menjadi peluang menyebarnya Covid-19.

Pilkada ditengah wabah Covid-19 memang menjadi ancaman serius bagi pemerintah dan masyarakat namun ancaman harus dilewati bersama-sama, jika masyarakat tetap mengikuti arahan dan protokol kesehatan dengan baik pada pilkada nanti, tidak menutup kemungkinan ancaman ini dapat dipatahkan.

Dengan tetap waspada dan tidak panik, selalu menjaga jarak, selalu memakai masker, tidak bersalaman, tidak berkerumun, dan tetap menjaga kebersihan tangan dan hindari menyentuh bagian wajah sebelum mencuci tangan, jika protokol kesehatan berjalan dengan baik, maka akan menutup peluang penyebaran Covid-19.

Jika pemerintah dan masyarakat bersama-sama menghadapi kegiatan pilkada dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan dan tetap berpegang teguh pada protokol kesehatan, kegiatan pilkada ini tidak akan menjadi sebuah kegiatan yang menakutkan dan tidak menjadi pesta bagi virus Covid-19.