Bintan (KEPRI)-Pasca ditutupnya kegiatan Tambang Bauksit di Pulau Bintan beberapa waktu lalu, ratusan pekerja tambang terancam tidak bisa menafkahi anak dan istrinya. Hingga berita ini diunggah, belum diperoleh kepastian sampai kapan pihak terkait menyetop kegiatan penambangan ini.
Praktis, setelah tidak adanya aktivitas penambangan, lalu lintas kendaraan yang biasanya berseliweran mengangkut material bijih bauksit, justru tidak terlihat sama sekali.
Bekas galian bauksit yang masih tampak teronggok di berbagai titik, menandakan bahwa aktivitas tambang memang berhenti total.
Warsidi, seorang supir lori yang ditemui di sekitar lokasi tambang di Tembeling, Senin (11/03/2019) kemarin mengaku prihatin atas ditutupnya aktivitas tambang bauksit. Warga Toapaya, Bintan, ini mengatakan dia tidak memiliki pekerjaan selain membawa lori. Sudah tiga minggu lebih tidak membawa uang demi menafkahi keluarganya.
“Anak saya tiga orang masih bersekolah semua, mereka membutuhkan biaya. Demikian juga untuk biaya makan keluarga, yang semua harus saya penuhi,” ujar pria paruh baya ini.
Dia khawatir jika kondisi seperti ini terus berlanjut, hal ini akan berdampak pada kondisi keuangannya. Padahal, untuk menutupi kebutuhan sehari-hari Warsidi mengaku meminjam uang dengan keluarga atau kerabatnya. “Saya tidak memiliki keahlian lain selain membawa lori, jadi tidak mungkin lagi saya alih profesi karena faktor umur yang sudah tidak muda lagi.
Warsidi menambahkan, kesulitan yang kini dia alami juga terjadi kepada rekan-rekannya, yang memang berprofesi sama. “Ada ratusan rekan saya yang mengalami nasib sama dengan saya. Kalau ditotal, ada ribuan orang yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan tambang ini.
Kondisi seperti ini jelas membuat dirinya khawatir, sebagaimana rekannya yang lain juga. “Saya menghimbau kiranya instansi terkait berkenan memikirkan nasib kami. Kalau bisa kami bekerja kembali, hal ini akan sangat membantu kesulitan ekonomi keluarga. Kami bisa fokus bekerja tanpa memikirkan kesulitan ekonomo kami lagi,” imbuhnya.
Harapan Warsidi, sebagaimana rekannya yang lain, agar kegiatan penambangan bauksit kembali beroperasi. “Ini urusan periuk nasi keluarga, bukan saya saja,” tutupnya.
Laporan: Bar
Editor: Partogi
Komentar