Bintan (KEPRI)-Pemerintah terus mendorong pembangunan kewilayahan melalui kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur ekonomi. Salah satunya adalah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Bintan, Kepulauan Riau.
Saat ini, KEK Galang Batang sedang melaksanakan beberapa pembangunan infrastruktur dan utilitas kawasan, refinery alumina, power plant, serta ditargetkan akan melakukan ekspor perdana sebanyak 1 juta ton Smelting Grade Alumina (SGA) pada tahun 2021.
“Ini adalah suatu milestone tersendiri karena sebelumnya kita hanya mengekspor bauksit.
Sekarang bisa diproduksi di sini,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto saat meninjau KEK Galang Batang, Sabtu (26/9).
Dampak KEK Galang Batang terhadap perekonomian hingga saat ini pun sudah cukup baik dan harus terus ditingkatkan. Realisasi Investasi sampai dengan September 2020 adalah sebesar Rp11 triliun.
Sementara realisasi penyerapan tenaga kerja dalam tahap pembangunan sebesar 3.500 orang.
“Ini luar biasa dan diharapkan bisa terus bertambah serta memberikan multiplier effect yang lain,” harap Menko Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional KEK.
Ia pun menggarisbawahi pendekatan yang tidak hanya mendirikan industri aluminium atau alumina saja, melainkan juga industri tekstil. “Jadi ini adalah pendekatan yang unik dan tidak banyak dilakukan di berbagai pabrik lain. Bapak-bapak yang pria bekerja di pabrik baja,
sedangkan yang wanita bisa bekerja di pabrik tekstil,” ungkap Airlangga.
Mengakhiri sambutannya, Menko Perekonomian pun memberikan apresiasi kepada PT Bintan Alumina Indonesia atas komitmennya selama ini sebagai pengembang Kawasan dan
juga investor utama KEK Galang Batang.
“Saya ucapkan selamat dan menunggu kapan bisa diresmikan karena aluminium adalah bahan yang banyak digunakan berbagai sektor bahkan sekarang otomotif pun sebagian menggunakannya,” terangnya.
KEK Galang Batang sebagai salah satu KEK yang bertema industri, merupakan suatu contoh KEK yang berkembang baik dan bisa dijadikan model untuk KEK lainnya. Lokasinya pun strategis yaitu terletak di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan internasional, serta berhadapan dengan Singapura serta Malaysia.
Sesuai dengan maksud penetapannya, KEK Galang Batang diproyeksikan menjadi kawasan dengan kegiatan utama yakni Industri pengolahan bauksit dan turunannya, dengan perkiraan investasi sebesar Rp36,25 triliun dan penyerapan tenaga kerja paling tidak sebesar 23.200 orang, sampai dengan tahun 2027.
Nilai investasi tersebut masih berpotensi bertambah hingga USD 5,5 miliar atau sekitar Rp77 triliun. Proyek investasi tersebut mengakomodasi potensi terciptanya nilai tambah yang besar.
Sebagai informasi, produksi bauksit Indonesia dalam satu tahun bisa mencapai 40 juta ton. Pengolahan bauksit menjadi alumina memberi nilai tambah sekitar 5-13 kali lipat bila diolah menjadi alumunium. (idc/iqb)
Komentar