Jakarta-Hasil Sinode Godang HKBP 09-13 Desember 2020 di Seminarium Sipoholon, Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara telah melahirkan Nommensen Junior Tanah Batak untuk memimpin HKBP bersama Sekretaris Jenderal dan Fungsionalnya. Pdt DR. Robinson Butarbutar (60) berdasarkan jam terbang, komitmen dan latar belakang keluarga serta latar belakang pendidikannya layaklah jika sosok Pdt. DR. Robindon Butarbutar disebut sebagai Nommensen Junior Tanah Batak.
Kalau kita perhatikan, disamping gesteur dan wajahnya yang mirip dengan Missionaris Tanah Batak Pdt. DR. Lodewijk Nommensen, Pdt. DR. Robinson Butarbutar yang terpilih dengan suara terbanyak dalam Sinode Godang HKBP 2020 juga sangat konsen dalam dunia pendidikan dan kesehatan.
Pdt. DR. Robinson Butarbutar yang mempunyai istri bermarga Simatupang saat ini resmi menyandang prediket sebagai Ephorus HKBP dengan panggilan oppui, mempunyai segudang pengalaman dibidang pendidikan (Merdeka Belajar), Sosial (Perdagangan manusia), dan dibidang Kesehatan (HIV/Aids dan Narkoba) serta penginjilan. Apa yang dilakukan Pdt. DR. Lodewijk Nommensen dimasanya itu pula yang diteruskan Pdt. DR. Robinson Butabutar.
Oleh sebab itu dengan terpilihnya Robinson Butarbutar sebagai Oppui Ephorus HKBP dan jajaran Fungsionalnya Sekretaris Jenderal, 3 (tiga) Kepala Departemen yakni Koinonia, Marturia dan Diakonia serta 32 Praeses HKBP mari seluruh Jemaat dan anggota HKBP diseluruh dunia mendukung penuh. Mari kita tempatkan pimpinan (uluan) HKBP berharga dimata Tuhan dan kita dorong menjadi pemimpin yang takut akan Tuhan dan bebas dari kekuasaan dan Uang. Karena kerajaan, kekuasaan dan kemulian ada dan milik Tuhan.
Dengan kepemimpinan HKBP yang baru ini kita dukung dan dorong agar mampu membawa HKBP sebagai saluran berkat bagi bangsa-bangsa di dunia dan kita dorong untuk senantiasa menyuarakan suara kenabiannya untuk membebaskan dari segala bentuk eksoitasi dan kekerasan.
Disamping itu, Oppui Ephorus Pdt. DR. Robinson Butarbutar memimpin semua fungsionanyal untuk taat pada adminisrasi, dengan demikian Surat Keputusan penempatan pendeta sebagai pelayan ditingkat resort dan distrik tidak tumpang tindih dan Suka dan tidak suka ( like and dislike) yang mengakibatkan lemahnya pelayanan di jemaat yang paling penting adalah jauh dari kekuasaan dan uang dalam penempatan pendeta. Dan menjauhi acara-acara seremoni yang membebankan jemaat apalagi dalam situasi pandemi Covid-19.
Sebagai gereja yang mengusung kasih dan damai marilah juga kita pikirkan bagaimanan menyejahterakan para pendeta, bibelvro, dan para diaken-diaken yang sudah lansia (suda gogo) dan pensiun dengan cara meningkatkan dana pensiun. Karena mereka mempunyai jasa dalam menguat iman percaya para jemaat.
Dan sudah pula selayaknya perempuan HKBP diberi akses dan tempat sebagai organisasi perempuan yang dapat terlibat mengambil keputusan dalam kebijakan HKBP demikian pula dengan masalah-masalah anak yang sedang menghadapi tsunami teknologi.
JIka Pdt. DR.Lodewijk Nommensen menggunakan pendekatan penginjilannya di tanah Batak 159 tahun lalu dengan cara membebaskan anak dan perempuan dan masyarakat dari keterbelakangan dan dari segala penyakit kulit campak, maupun kolera, dan penyakit menular pada masa itu, demikian juga seperti apa yang dilakukan Tuhan dalam pelayananNya didekati dengan melibatkan anak. Demikian jugalah hendaknya yang diharapkan dilakukan oleh Oppui Ephorus Robinson Butarbutar dan fungsionarisnya. Dalam keterbatasan dan kelebihannya, saya percaya itu dapat dilakukan Oppui, hal ini disampaikan Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait di kantornya, Rabu 16 Desember 2020 selepas Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun Komnas Perlindungan Anak Tahun 2020.
Lebih jauh Arist menjelaskan sebagai Nommensen Junior Batak itulah hendaknya dilakukan Oppui bersama fungsionarisnya dalam kurun waktu Kerja 2020-2025.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya marilah kita dukung secara kepempinan HKBP dan fungsionarisnya yang baru ini secara total. Dan mari kita jauhkan dari rasa dengki, (teal dan late), melecehkan dan saling sikut diantara pelayan. Mari kita ubah tabiat dan kebiasaan jelek kita yakni saling menyalakan satu sama lain serta saling menjilat, cari muka diantara sesama pelayan pelayan.
Jika HKBP kita harapkan menjadi gereja dan menjadi institusi keagamaan yang diperhitungkan dan mempunyai kekuatan serta posisi tawar menawar (bargaining position) yang tangguh di negeri ini, mari kita sebagai jemaat yang cinta HKBP bersatu dan mendukung kegiatan dan program-program yang bebasis dengan kebutuhan jemaat masa kini yang akan ditawarkan pimpinan yang baru.
Dengan demikian, demi kepentingan terbaik anak dan masa depan Anak dan remaja HKBP sudah selayaknya dalam program digitalisasi dan globalisasi teknologi mendapat program prioritas. Karena Masa depan HKBP sebagai gereja berbasis budaya salah ditangan anak dan remaja kita.
Oleh sebab itu, posisi Anak harus menjadi sayab organisasi di tubuh HKBP, demikian pula dengan posisi perempuan, jangan hanya ditempatkan dalam posisi kategorial. Sebab kenyataan perempuan di dalam tubuh HKBP sebagai garda terdepan dalam menjalankan visi dan misi pelayanan ditengah-tengah keluarga. Seringkali perempuan ibu lah menjadi imam dalam keluarga. Lalu pertanyaannya mengapa Perempuan anak dalam tubuh HKBP selalu terpinggirkan atau subordinat ?.
Nah Jika kebijakan dan tata kelolah HKBP didasari dengan kekuasaan dan uang serta abai terhadap tertib admnistrasi maka jangan harapkan gereja HKBP akan semakin besar dan mempunyai posisi tawar yang kuat dalam menghadapi hiruk pikuk politik, ekobomi ; keamanan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Oleh sebab itu, mari semua jemaat HKBP dimanapun kita berdomilisi dan bsrjemaat menyambut kepemimpinan Kolegial Oppui Ephorus Pdt.
DR. Robinson Butarbutar sebagai Nommensen Junior Batak.
Beliau berpesan, “Untuk masa depan HKBP yang lebih baik lagi Komisi Nasional Perlindungan Anak dan saya sebagai warga jemaat yang cinta HKBP meminta dan mendorong agar kepimpinan HKBP yang baru semakin solid, tertib administrasi, menghargai perbedaan pendapat, jauh dari KEKUASAAN dan UANG serta tempatkanlah semua pelayanan mulai dari pelayan fungsional, resort dan disktrik pada tempat dan kebutuhan jemaat tanpa diskriminasi,” pesannya.
Dengan demikian, untuk merumuskan program strategis HKBP dan penguatan organisasi dan atau istitusi HKBP masa depan sudah perlu diagendakan dalam waktu dekat Konsultasi Nasional Revitalisasi HKBP ke II dengan melibatkan para pakar dan sumberdaya dibidangnya yang dimiliki HKBP,” tutupnya. (Red)
Editor: 7ringgo
Komentar