oleh

Kritik Sastra: Nilai Agama Dari Film Cinta Subuh Karya Indra Gunawan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kritik Sastra: Nilai Agama Dari Film Cinta Subuh Karya Indra Gunawan

Cinta Subuh adalah film Indonesia tahun 2022 dan disutradarai oleh Indra Gunawan. Film ini diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Ali Farighi. Film Cinta Subuh ditayangkan di bioskop Indonesia pada 19 Mei 2022. Film ini dibintangi oleh Dinda Hauw, Rey Mbayang, dan Roger Danuarta. Adapun pemeran pendukung yaitu diantaranya Syakir Daulay, Dimas Seto, Kemal Palevi, Dhini Aminarti, Adiba Khanza, Rano Karno dan masih banyak lagi.

Film ini menceritakan tentang Angga (Rey Mbayang) merupakan mahasiswa yang jarang salat tepat waktu. Ia jatuh cinta kepada Ratih (Dinda Hauw) yang cerdas dan religius. Keunikan, ketulusan, keceriaan, dan pembawaan Angga membuat Ratih mau membuka hati. Sebelum bertemu Angga, Ratih berharap untuk memiliki pasangan yang mampu menjaga pandangannya, berbudi pekerti tinggi, cerdas, dan menjalankan kewajiban sebagai manusia beragama. Semua harapan Ratih ada dalam Arya Satria Negara (Roger Danuarta), yang juga menyimpan rasa terhadap Ratih. Berbeda dengan Angga, Arya patuh pada setiap nilai dan aturan agama. Karena itulah, Arya tidak mendekati Ratih secara serampangan. Menurut Arya, satu-satunya cara agar ia bisa bersama dengan Ratih adalah melalui ikatan pernikahan. Salat subuh tepat waktu adalah satu-satunya permintaan Ratih kepada Angga yang tidak pernah dilaksanakan dengan baik. Permintaan tersebut membuat Ratih memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Pada film Cinta Subuh, pemeran utamanya melakukan yang namanya “pacaran halal”. Pacaran halal yang dimaksudkan yaitu memiliki hubungan dan komitmen yang serius serta tidak melakukan hal-hal seperti bersentuhan tangan ataupun berpelukan. Padahal hal-hal tersebut termasuk perbuatan zina. Zina tidak hanya membahas tentang bersentuhan secara fisik saja. Akan tetapi, pandangan, pikiran dan mata juga bisa menjadi zina. Contohnya saja ketika seseorang melihat orang lain yang bukan mahramnya maka hal ini sudah termasuk zina.

Allah SWT berfirman: سَبِيلً وَسَآءَ فَٰحِشَةً كَانَ إِنَّهُۥ ۖ ٱلزِّنَىٰٓ تَقْرَبُوا۟ وَلَا

Yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra: 32). Dari ayat tersebut kita bisa mengetahui bahwa mendekati zina saja sudah dilarang.

Pada film tersebut akhirnya pemeran utamanya putus. Kemudian pemeran wanitanya di lamar oleh orang lain yang digambarkan sebagai sosok lelaki yang taat beragama. Akan tetapi, sebelum akad nikah, lelaki tersebut menyadari bahwa bukan ia yang dicintai oleh perempuan tersebut. Sehingga ia pun memutuskan untuk membatalkan pernikahan dan merelakan perempuan tersebut.

Pada bagian akhir film, pemeran utama laki-lakinya pada akhirnya lebih taat beragama dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Pemeran laki-lakinya kemudian melamar pemeran utama wanita. Pada akhirnya mereka pun melangsungkan pernikahan dan hidup bersama.

Menurut saya, hal yang dapat kita petik ilmunya dari film ini yaitu bahwa jodoh tidak akan salah alamat. Jodoh sudah ditulis Oleh Allah SWT di lauhul mahfudz. Oleh klarena itu, hendaknya kita focus beribadah dan memperbaiki diri agar lebih baik. Jodoh itu cerminan diri.

Oleh:
Sari Maryunda mahasiswi dari Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Komentar

News Feed